Sunday 29 January 2017

Kampung Halamanku Tidak Banyak Berubah

Desa Pengkelak Mas, Kec. Sakra Barat, Kab. Lombok Timur, NTB. 
Kampung halaman ku berada jauh dari pusat kota Mataram sekitar lebih dari 70 kilometer atau sekitar 2 jam perjalanan dari ujung timur Pulau Lombok. Lahir dan tumbuh di sebuah desa di Lombok Timur yang mayoritas pekerjaan masyarakatnya sebagai petani membuat saya menghabiskan banyak waktu bermain di sawah pada masa kecil hingga tamat sekolah dasar. Ini yang nanti membuatku pada akhirnya merindukan kampung halaman bila berada di kota. 

Orang tua saya merupakan seorang petani yang hidup dari hasil sawah yang tidak menentu penghasilannya, akan tetapi orang tua saya sangat peduli akan pendidikan  sehingga sejak tamat sekolah dasar mereka menyekolahkan saya di pesantren sehingga saya harus mondok dan jauh dari mereka. Mereka merelakan saya untuk mondok dari sekolah menengah pertama hingga saya sekolah di perguruan tinggi di Kota Mataram. 

Menghabiskan waktu selama hampir 10 tahun jauh dari kampung halaman membuat saya mengerti dan belajar tentang menjadi pribadi yang mandiri dan menahan rasa homesick yang terkadang melanda saat berada di tempat menuntut ilmu. Meskipun demikian orang tua saya selalu datang menjenguk setidaknya sekali dalam seminggu untuk hanya melepas rindu dan membawakan saya makanan sebagai bekal sehingga rasa kangen rumah dan masakan ibu bisa terobati. Keberuntungan bagi saya yang memiliki orang tua yang sangat peduli pada anaknya. Tidak ada kata yang paling pantas untuk mereka selain berbakti dan menyayangi mereka sepenuh hati karena kita tidak akan bisa membalas jasa mereka yang begitu besar. 

Sejak kecil saya sudah terbiasa dengan pemandangan sawah terpajang sekeliling dan membentang luas. Kampung halaman saya tidak begitu banyak berubah. Dengan pemandangan sawah terbentang dengan background apik gunung tertinnggi kedua di Indonesia, gunung rinjani. Inilah yang menjadi gambar andalan saya saat masih kecil duduk di bangku sekolah dasar dalam mata pelajaran menggambar. Masih teingat dalam memori saya, dulu bahwa gambar yang cukup penomenal yakni sebuah gambar gunung rinjani dan diapit dengan bukit di sisi kiri dan kanan gunung yang selalu saya gambar. Selanjutnya dibentangi sawah dan pepohonan kelapa disekitar gambar gunung tersebut. Walaupun begitu nilai menggambar saya tidak pernah sekidit. Karena ketertarikan kepada seni dan keindahan alam sejak kecil ini yang membuat saya senang berpetualang melihat hamparan hijau alam dan pepohonan. Saya sangat beruntung terlahir di pulau yang menjadi surganya wisatawan ini, pulau Lombok.

Di Lombok Timur dengan jumlah penduduk terpadat di NTB ini, memiliki kekayaan alam yang indah dan masih sangat asri. Selain itu dengan mayoritas penduduknya yang beragama muslim sekitar 98% sehingga tidak heran jika terdapat masjid-masjid yang besar dan indah di beberapa daerahnya di Lombok Timur. Syukur kami masih bisa mendengar kumandang adzan lima kali sehari dari masjid setiap hari. Di kampung halaman saya masih memegang pentingnya anak-anak untuk bisa mengaji al-quran. Apabila sudah mulai magrib sampai isha’dan setelah waktu zohor hingga ashar, anak-anak anak berangkat bergerombolan untuk mengaji. Bersyukur di kampung kami masih ada yang peduli dan rela membagi ilmunya untuk mengajar anak-anak mengaji dengan bayaran seikhlasnya atau kadang tidak dibayar juga, dimana pada zaman sekarang sudah agak jarang orang ingin membagi ilmunya mengajar anak-anak untuk bisa membaca al-quran. Memang sangat penting untuk memberikan pendidikan formal bagi anak-anak di sekolah, tapi penting juga memberikan penanaman agama sejak dini sehingga mereka bisa menjadi anak-anak yang pintar dan juga memiliki moral yang baik dengan pengetahuan agama yang bagus dari kecil. Orang tua juga hendaknya bisa bekerja sama dan seimbang dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak mereka baik dalam bidang akademik dan juga pengetahuan agama sedini mungkin. 

Kalau di zaman sekarang yang serba canggih dan cepat dengan perkembangan tekhnologi yang pesat. Anak-anak zaman sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok untuk memiliki gadged atau pun smartphone mahal. Anak-anak sekolah dasar sudah bahkan sudah mempunyai barang tersebut dan menghabiskan masa bermainnya bahkan untuk bermain game atau gadget setiap hari. Permainan-permaian tradisional seperti yang kita mainkan dulu sudah tidak ada yang berminat lagi karena pengaruh tekhnologi yang lebih mendominasi anak-anak zaman sekarang. Tapi beruntungnya, di kampung halaman saya anak-anak yang memang sudah harus akrab dengan dunia bermain mereka tetap menggunakan permainan-permainan tradisional seperti gangsing, mail petak umpet, bermain dengan alam di lapangan, di sawah dan tempat mereka seharusnya bermain yakni dunia anak-anak. Sebagaian besar anak-anak di kampung halaman saya memang lebih suka bermain di alam terbuka dan memainkan permainan-permaian yang dulu sewaktu kecil saya juga mainkan. Tapi walaupun ada juga yang memberikan anaknya untuk terus bermain gadget dari pada bermain di luar bersama teman-teman sebayanya. Disini lah pentingnya peran orang tua untuk mengawasi perilaku dan bagaimana sebaiknya anak-anak menggunakan gedged agar tidak diberbudak dan diperdaya oleh tekhnologi sehingga bisa membuat mereka lupa untuk bermain dan bersosialisai layaknya anak-anak sebaya mereka.

Gendang Beleq
Selain itu meski teknologi dan budaya barat sudah merambah ke negara kita, di kampung halaman saya masih menjaga eksistensi adat dan budaya yang baik seperti budaya gotong royong antar masyarakat, budaya tradisional suku sasak seperti musik tradisional gendang beleq atau dodak Sasak. Gendang beleq merupakan adat musik tradisional suku sasak yang menjadi salah satu ikon Pulau Lombok juga. Dimana di kampung saya masih banyak pemuda-pemuda maupun orang tua yang masih menjaga dan melestarikan musik tradisional sasak seperti gendang beleq ini. Disamping mereka tetap melestarikan  budaya tersebut, adat budaya tersebut menjadi pekerjaan dan mata pencaharian bagi mereka yang menjalankannnya. Budaya tradisional Gendang Beleq ini biasanya dimainkan pada saat acara pesta pernikahan atau yang lebih dikenal dengan merariq di suku Sasak pulau Lombok.

Kita memang harus pintar dalam memanfaatkan dan menggunakan teknologi yang semakin canggih dan berkembang pesat seperti pada zaman sekarang ini. Kita tidak bisa pungkiri begitu besarnya pengaruh tekhnologi bagi kehidupan kita dan berdampak lebih besar lagi bagi generasi seterusnya. Oleh karena itu, hendaknya kita bisa dengan tepat dan bijak memanfaatkannya untuk kehidupan yang positif dan lebih bermakna agar tidak sampai diperbudak oleh teknologi.[Re]


Reamuski

No comments:

Post a Comment